Solo,|SDM|Webinar Penerapan Disiplin Positif Sebagai Upaya Mewujudkan Pesantren Ramah Anak, digelar Hybrid di Syariah Hotel Solo, Rabu , 21 Februari 2024, menghadirkan narasumber Dr. Basnang Said, S.Ag., M.Ag. (Kemenag RI), H. Amin Handoyo, Lc. (Kemenag Jawa Tengah), Isti Ilma Patriani, M.Psi. ( Dinas Perempuan dan Anak Jawa Tengah), Ahmad Sultoni (PP Al Hayatul Islamiyah Kota Malang) serta M. Haiz Ma’arif dari PP Al Anwar 4 Sarang Rembang, dimoderatori M. Sinung Restendy (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, menyertakan perwakilan pesantren di Pekalongan ,Rembang dan instansi setempat.
Panitia memfasilitasi Zoom dan streaming YouTube akun Kemenag Jateng bagi lembaga pesantren, peserta, dan masyarakat umum secara daring.
Selain webinar, Kementerian Agama RI, UNICEF, Lembaga Perlindungan Anak Klaten, kerja bareng Kanwil Kemenag Provinsi Jateng dan Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak Provinsi Jawa Tengah, pula menggelar pelatihan bagi ustadz dan ustadzah tentang Disiplin Positif dan Pelatihan Pendidikan Keterampilan Hidup untuk santri pondok pesantren, guna penguatan kapasitas pendidik, pengasuh santri menstimulant pondok pesantren berkualitas baik.
Pondok pesantren untuk berperan aktif menjadi model pendidikan yang mengupayakan pencegahan kekerasan anak/santri sehingga terwujud “ Ma’hadiy Jannaty”.
” Kegiatan ini dirangkum 3 hari (21-23/02/24) “. ungkap Akhmad Syakur Ketua LPA Klaten
Melalui kegiatan ini, narasumber asal Dinas PPPA Jateng , Isti Ilma, tekankan, pentingnya menjaga budi pekerti sebagai upaya penerapan disiplin positif bagi semua pihak.
” disiplin positif diterapkan di pesantren, sementara dari orangtua, dan lingkungan si anak dalam cara mendidik, terkadang masih dengan cara mengedepankan hukuman dan kekerasan, jadinya ambyar semua, tandas Ilma.
” Karenanya agar anak terhindar dari kekerasan dan tumbuh kembangnya baik , disiplin positif harus dijalankan oleh semua pihak , tegasnya.
Senada pernyataan Ilma, Amin Handoyo, dari Kemenag Jateng berujar, pentingnya proses komunikasi dialog dengan anak, guna mencegah kekerasan di lingkungan pesantren.
” Kekerasan itu bukan aib yang harus ditutupi, namun penyakit yang harus segera diobati”. kata Amin.( pri/ M.Sinung Restendy)